Ilmu Alamiah Dasar
Disusun oleh
:
Nama :
Nadia Salsabila Prayogo Putri
NPM :
15516260
Kelas : 1PA11
FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN S-1 PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
I.
Alam
Semesta dan Isinya (mikrokosmos dan makrokosmos)
Perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan telah melaju secara pesat. Ilmu pengetahuan telah
membawa kita dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang benderang.
Lewat bimbingan ilmu pengetahuanlah kita dibawa dari keragu-raguan menuju kepastian.
Begitu banyak perubahan yang telah digagas oleh pengetahuan. Sepuluh abad lalu
kita tidak mengenal sama sekali dengan namanya teleskop, gravitasi, nuklir dan
lain-lain. Tapi tak terasa, dari abad ke abad ilmu pengetahuan selalu
memperbaiki dirinya sendiri.
Fenomena
tersebut tentu saja tidak akan terlepas dari peran ilmu alamiah dasar atau sering
juga disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan akhir-akhir ini ada juga yang
menyebutnya Ilmu Kealamian yang dalam bahasa Inggris disebut Natural Science
disingkat Science dan dalam bahasa Indonesia sudah lazim digunakan istilah
Sains.
Terjadinya
alam semesta (kosmos) ini telah dipelajari oleh manusia sejak dahulu. Pada
permulaan, dipelajari berdasar legenda yang berkembang dari mitos.
Menurut mitologi Babilonia (2000 SM), penciptaan alam semesta disebut dengan
peristiwa enums elish yaitu peperangan antara dua dewa yang bernama Marduk
(Matahari) dan Tiamat (Kehampaan). Tiamat akhirnya dikalahkan oleh Marduk.
Darah Marduk kemudian dijadikan bahan dasar bagi penciptaan dunia.
Seiring
berkembangnya waktu, mitos seperti itupun mulai memudar. Proses terjadinya alam
semesta (kosmos) ini kemudian dikembangkan oleh orang-orang Yunani kuno dan
disiplin ilmu ini kemudian menjadi Kosmogeni (ilmu yang mencoba memberi
keterangan tentang terjadinya kosmos). Perkembangan pesat dimulai pada abad
ke-17 dengan ditemukannya alat-alat teropong bintang dan lain-lain.
Pengamatan
terhadap fenomena alam semesta umumnya dilakukan oleh para astronom. Akan
tetapi sampai hari ini ternyata teknologi yang digunakan masih saja belum bisa
memuaskan rasa ingin tahu manusia. Bila kita melihat alam semesta dengan mata
telanjang akan banyak sekali bintang yang bisa kita lihat. Jika kita
menggunakan teropong binokular atau teleskop, jumlah yang kita lihat akan
semakin membanyak. Benarlah yang dikatakan oleh Sokrates, semakin banyak kita
mengetahui semakin kita merasa bodoh. Descrates mengatakan satu-satunya
kepastian yang kita dapatkan adalah kepastian bahwa tidak ada yang pasti.
Begitu pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sains ini,
semakin banyak kita mengamati, semakin kita merasa tidak mengetahui apapun
tentang alam semesta dan semakin kita merasa bahwa tidak ada kepastian di dunia
ini. Kenyataan inilah yang mendorong manusia untuk selalu mencari jawaban atas
ketidakpastian yang dialaminya sebab manusia memiliki naluri ingin tahu yang
sangat besar (kuroisitas).
Pengertian
alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah
benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron,
sel, amuba dan sebagainya. Sedang makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai
ukuran yang sangar besar, misalnya bintang, planet dan galaksi.
Lantas
kapan bumi ini terbentuk? Menurut agama Buddha, bumi telah banyak kali hancur
dan terbentuk kembali, siklus dari hancur, lalu terbentuk, hingga hancur
kembali disebut satu siklus dunia yang di Tipitaka disebut maha kappa lamanya
satu maha kappa digambarkan pada buku Sutta Pitaka.
Sedangkan
menurut pendapat para ilmuwan jaman sekarang ini, diperkirakan usia alam
semesta yang kita huni sekarang ini kurang lebih empat setengah milyar tahun,
usia alam semesta ini cukup banyak berbeda dengan teori genesis yang menganggap
bahwa umur alam semesta diciptakan enam ribu tahun yang lalu, akan tetapi tentu
saja pendapat-pendapat tersebut masihlah sebatas hipotesa.
Walaupun
memang benar kemajuan ilmu pengetahuan begitu pesat terutama dalam disiplin
ilmu alamiah dasar, tetapi secara historis, kemajuan ini pernah tersendat
dikarenakan kebijakan gereja yang memutlakkan penafsiran terhadap kitab suci
mereka. Seorang ilmuwan yang bernama Galileo Galilei berseberangan pendapat
dengan bible mengenai bumi. Gereja pada saat itu menafsirkan dalam teks bible
bahwa bumi itu datar dan bumi adalah pusat rotasi alam semesta. Galileo
berpendapat lain, dia berhipotesa bahwa bentuk dari bumi adalah bundar bukan
datar dan bumi berotasi terhadap matahari. Kemudian dikarenakan Galileo tidak
bersepahaman dengan pihak gereja, akhirnya dia diputuskan untuk dihukum mati.
Ilmuwan lain yang bernasib sama dengan Galileo ini adalah Brutus.
Contoh
sebelumnya bukanlah satu-satunya contoh yang menggambarkan bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan pernah dihadang. Sokrates, seorang filsuf Yunani ternama juga
dikecam oleh pihak kerajaan Yunani dikarenakan pemikiran-pemikirannya telah
mengganggu para penganut Pagan di zamannya. Sokratespun disuruh memilih antara
mengehentikan ajarannya atau meminum racun. Seorang ilmuwan yang menyadari
bahwasanya kebenaran adalah jauh lebih indah dibanding kebohongan. Sokratespun
memillih meminum racun, dia memilih mati, namun kebenaran yang diyakininya
tetap hidup dan terus mempengaruhi manusia sampai hari ini. Kedua persoalan
diatas, antara Sokrates dan Galileo memiliki kesamaan, kesamaan bahwa mereka
menentang doktrinisasi yang berkembang di wilayah keagamaan masing-masing
mereka tinggal.
II.
Terjadinya
Alam Semesta
Pertanyaan
tentang awal mula alam semesta telah lama diperbincangkan. Sampai hari inipun
belum ada satupun teori penciptaan alam semesta yang dapat diterima secara
bulat oleh para ilmuwan dikarenakan keterbatasan akal manusia tidak bisa
menjangkau luasnya jagad raya. Sebab penginderaan, penemuan masalah, penyusunan
hipotesis, eksperimen, dan teori yang merupakan urutan langkah dan prosedur
ilmiah yang lazim, harus diakui belum bisa mengakomodir kebutuhan manusia untuk
bisa memahami dunia ini.
Berikut
adalah teori-teori tentang asal mula alam semesta.
1.Teori
keadaan tetap (Steady-state theory) Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi
sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu
sama. Berdasarkan prinsip tersebut alam semesta terjadi pada suatu saat
teretentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama
walupun galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang
oleh kenyataan bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan
galaksi lama. Denga demikian teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tidak
terhingga besarnya dan tidak terhingga tuanya (tanpa awal dan tanpa akhir).
2.Teori
dentuman besar (big-bang theoru) Teori ini dikembangkan oleh George Lematitre.
Menurut teori ini, pada mulanya alam semesta berupa sebuah “primeval atom” yang
berisi semua materi dalam keadaan yang sangat padat. Suatu ketika, atom ini
meledak dan seluruh materinya terlempar ke ruang alam semesta. Sejak situ,
dimulailah ekspansi yang berlangsung ribuan juta tahun dan akan terus
berlangsung jutaan tahun lagi. Timbul dua gaya yang saling bertentangan, yang
satu disebut gaya gravitasi, dan lainnya dinamakan repulsi kosmis. Dari kedua
gaya tersebut, gaya kosmis lebih dominan sehingga alam semesta masih terus akan
ekspansi. Pada suatu saat nanti, ekspansi tersebut pasti akan berakhir.
3.
Teori Nebular Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Laplace pada tahun
1796. Ia yakin bahwa sistem tata surya terbentuk dari kondensasi awan panas
atau kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut ada sebagian
yang terpisah dan merupakan cincin yang mengelilingi pusat. Bagian yang
mengelilingi pusat itu dengan cara yang sama berkondensasi membentuk suatu formula
yang serupa dengan terbentukya matahari tadi. Setelah mendingin benda-benda ini
akan menjadi planet-planet seperti Bumi dengan benda-benda yang mengelilinginya
berupa sateliti atau bulan. Dapat dibayangkan bahwa berdasarkan teori ini,
planet Saturnus yang dikelilingi ileh cincin Saturnus itulah merupakan bakal
satelitnya. Salah satu keberatan dari hipotesis ini adalah ditemukannya dua
biah bulan pada Jupiter dan sebuah bulan diSaturnus yang berputar berlawanan
arah dengan rotasi planet-planet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa satelit
tersebut bukan merupakan bagian dari planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace.
4.Teori
Planettesimal Dikemukakan pertama kali oleh Chamberlin dan Moulton.Hipotesis
ini bertitik tolak dari pemikiran yang sama dengan teori nebular yaitu bahwa
sistem tata surya ini terbentuknya dari kabut gas yang sangat besar yang
berkondensasi. Perbedaannya adalah terletak pada asumsu bahwa terbentuknya
plante-planet itu tidak harus dari satu badan tetapi diasumsikan ada bintang
besar lain yang kebetulan sedang lewat dekat bintang dimana tata surya kita
merupakan bagiannya. Kabut gas dari bintang lain itu sebagaian terpengaruh ileh
daya tarik kita dengan setelah mendingin terbentuklah benda-benda yang disebut
planettesimal. Planettesimal merupakan benda-benda kecil yang padat. Karena
daya tarik menarik antar benda itu sendiri, benda-benda kecil tersebut akan
bergumpal menjadi besar dan menjadi panas. Hal ini disebabkan oleh tekanan
akibat akumulasi dari massanya. Teori ini daptat menjawab pertanyaan mengapa
ada satelit-satelit pada Jupiter maupun pada Saturnus yang mempunyai orbit
berlawanan dengan rotasi planet-planet itu.
5.Teori
Tidal atau Teori Pasang Surut Teori ini diungkapkan pertama kali oleh James
Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1919. Menurut teori ini planet itu
merupakan percikan dari Matahari yaitu seperti percikan matahari yang sampai
kini masih nampak ada. Percikan tersebut disebut “tidal”. Tidal yang besar yang
kemudian akan menjadi planet itu disebabkan karena adanya dua buah matahari
yang bergerak saling mendekat. Peristiwa ini tentu arang sekali terjadi namun
bila ada dua buah bintang yang bergerak mendekat satu dengan yang lain maka
akan terbentuklah planet-planet baru seperti teori tersebut di atas.
6.Teori
Bintang Kembar Menurut teori ini, kemungkinan dahulu matahari merupakan
sepasang bintang kembar. Oleh karena sesuatu sebab, salah satu bintang meledak
dan oleh gaya tarik gravitasi bintang yang satunya (Matahari yang sekarang),
pecahan tersebut tetap berada di sekitar dan beredar mengelilinginya.
7.Teori
Creatio Continua Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bendi, dan Gold.
Menurut teori cratio continua atau continuous creation, saat diciptakan, alam
semesta ini tidak ada. Alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada, atau
dengan kata lain alam semesta ini tidak pernah bermula dan tidak akan berakhir.
Pada setiap saat, ada partikel yang dilahirkan dan ada yang lenyap.
Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut spiral dengan
bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Karena partikel yang dilahirkan
lebih besar daripada yang lenyap, maka jumlah materi semakin bertambah dan
mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan ini akan mencapai titik batas
kritik pada 10 miliar tahun lagi. Namun, dalam waktu 10 miliar tahun ini akan
dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini, 90% materi alam semesta adalah
hidrogen. Dari hidrogen ini akan terbentuk hedium dan zat-zat lainnya.
8.Teori
G.P. Kiper Pada tahun 1950 G.P, Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan
yang ditemui di luar tata surya dan menyarakan penyempurnaan atas teori-teori
yang telah dikemukakan yang mengandaikan bahwa Matahari serta semua planet yang
berasal dari gas purba yang ada di ruang angkasa. Pada saat ini, terdapat banyak
kabut gas dan diantara kabut terlihat dalam proses melahirkan bintang.
9.Teori
Ekspansi dan Kontraksi Teori ini berlandaskan pikiran bahwa ada suatu siklus
dan alam semesta, yaitu “masa ekspansi”dan “masa
kontraksi” diduga bahwa siklus ini berlangsung dalam waktu 30.000 juta
tahun. Usaha para ilmuwan itu hanyalah sekadar menguji hipotesis. Setelah
teruji, teori itu masih mungkin diperbaiki dengan teori yang lebih akurat.
Namun demikian teori-teori tersebut di atas masih diyakini orang sampai
sekarang.
III.
Anggota
Sistem Tata Surya
Pengertian
Tata Surya
Tata surya
adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut
Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek
tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit
berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya
terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat
planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan
tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak
sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Anggota Sistem Tata Surya:
Ø Matahari
Ø Planet dan
Satelit Alam
Ø Komet
Ø Meteor
Ø Asteroid
1. Matahari
Anggota tata
surya yang pertama yakni Matahari, adalah sebuah bintang yang berada di antara
sekitar 100.000.000.000 bintang lain dalam galaksi Bima Sakti. Massa Matahari
merupakan bola gas pijar, terdiri atas Hidrogen (H) (sekitar 80%), Helium (He)
(19%), dan sisanya merupakan gabungan unsur-unsur Oksigen (O2), Magnesium (Mg),
Nitrogen (N), Silikon (Si), Karbon (C), Belerang (S), Besi (Fe), Natrium (Na),
Kalsium (Ca), Nikel (Ni), dan beberapa unsur mikro lainnya yang persentasenya
kecil. Suhu di permukaan Matahari diperkirakan sekitar 5.000°C – 6.000°C,
sedangkan pada bagian intinya mencapai 14.000.000°C. Suhu Matahari yang sangat
tinggi ini berasal dari reaksi nuklir maha dahsyat yang mengubah inti Hidrogen
menjadi Helium. Suhu di permukaan Matahari ini cukup untuk memanasi dan mem
berikan kehidupan makhluk di Bumi yang jaraknya sekitar 150 juta kilometer.
Menurut pengamatan para ahli astronomi, diameter (garis tengah) Matahari
diperkirakan sekitar 1.400.000 km atau lebih dari 100 kali ukuran bola Bumi.
2. Planet dan
Satelit Alam
Pada awalnya
dalam sistem tata surya (solar system) terdapat sembilan planet. Namun, sejak
diselenggarakannya pertemuan International Astronomical Union (IAU) ke-26 di
Praha, Republik Ceko, pada 24 Agustus 2006 disepakati bahwa terdapat delapan
planet dalam sistem tata surya. Delapan planet tersebut beredar mengelilingi
Matahari dengan periode revolusi yang berbeda. Kedelapan planet tata surya
tersebut yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus. Pluto yang sebelumnya masuk ke dalam gugusan planet dalam tata surya
hanya disetarakan dengan objek-objek kecil tata surya dengan garis orbit yang
sudah pasti. Pusat Planet Minor (MPC) telah mendaftarkan bekas planet
kesembilan itu sebagai asteroid ke-134340.
Planet mengelilingi Matahari dalam orbit
(garis edar) yang berbeda. Secara umum planet-planet dalam tata surya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
·
Planet Dalam (Inferior), yang lintasannya berada di
antara lintasan Bumi dengan Matahari meliputi planet Merkurius dan Venus.
·
Planet Luar (Superior), planet yang lintasannya berada di
luar lintasan Bumi meliputi planet Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan
Neptunus.
Suatu benda
langit disebut planet apabila benda langit tersebut memiliki proporsi ukuran
yang besar dan menempati garis orbit yang tetap dalam mengitari Matahari dalam
suatu sistem tata surya dan tidak memiliki garis orbit yang sama dengan planet
lain. Berdasarkan penelitian para ahli astronomi garis orbit Pluto tumpang
tindih dengan garis orbit Neptunus sehingga Pluto terdiskualifikasi dari sistem
tata surya.
3. Komet
Komet
lebih dikenal dengan istilah bintang berekor yang senantiasa datang mengunjungi
Matahari dan keluarganya secara periodik. Sebagian besar tubuh komet dibentuk
oleh berbagai gas, termasuk Sianogen (CN), Karbon (C), Karbon monoksida(CO),
Nitrogen (N2), Hidroksil (OH), dan Nitrogen Hidrid (NH). Berdasarkan sifat
fisiknya, tubuh komet terdiri atas dua bagian,
yaitu inti dan ekor.
Sebelum mendekati Matahari, komet terdiri atas batuan dan es. Debu dan gas menyembur dari intinya, lalu terbentuklah kepala komet (koma) dan ekornya. Komet mengedari Matahari dengan bidang orbit yang berbedabeda. Ada yang berbentuk elips sangat pipih, parabola, bahkan hiperbola. Pada saat komet sangat dekat dengan Matahari sebagian partikel-partikel tubuhnya mencair karena panas Matahari dan membentuk ekor yang semakin dekat Matahari, ekor komet tersebut semakin panjang. Adapun pada saat jaraknya jauh dari Matahari hampir semua bagian tubuhnya membeku sehingga tidak terdapat lagi ekor.
Sebelum mendekati Matahari, komet terdiri atas batuan dan es. Debu dan gas menyembur dari intinya, lalu terbentuklah kepala komet (koma) dan ekornya. Komet mengedari Matahari dengan bidang orbit yang berbedabeda. Ada yang berbentuk elips sangat pipih, parabola, bahkan hiperbola. Pada saat komet sangat dekat dengan Matahari sebagian partikel-partikel tubuhnya mencair karena panas Matahari dan membentuk ekor yang semakin dekat Matahari, ekor komet tersebut semakin panjang. Adapun pada saat jaraknya jauh dari Matahari hampir semua bagian tubuhnya membeku sehingga tidak terdapat lagi ekor.
4. Meteor
Benda langit
anggota tata surya lainnya adalah Meteor, yaitu benda langit di angkasa
baik terdiri atas senyawa logam maupun batuan. Jika meteor masuk ke dalam
atmosfer Bumi, akan terjadi gesekan yang sangat kuat antara massa meteor dan
partikel-partikel atmosfer. Gaya gesek ini mengakibatkan meteor terbakar
sehingga terlihat dari Bumi sebagai bintang yang jatuh dari angkasa. Jika
meteor sampai ke permukaan Bumi, dinamakan meteorit. Benturan atau
tumbukan yang sangat kuat antara meteorit yang jatuh dengan permukaan bumi,
dapat mengakibatkan terjadinya cekungan muka Bumi menyerupai kawah. Seperti
pernah terjadi di daerah Winslow Arizona, Amerika Serikat, yang dikenal
dengan Barringer Crater.
5. Asteroid
Asteroid
adalah benda-benda langit kecil sejenis planet yang tersebar di antara orbit
planet Mars dan Yupiter, yaitu kira-kira 500 juta kilometer dari Matahari dari
Bumi. Asteroid tampak bersinar karena benda ini sama seperti planet, menerima
dan memantulkan cahaya Matahari. Beberapa contoh asteroid adalah Trojan, Apollo,
danCerres.
"Bagaimana cara membedakan anggota
sistem tata surya yang satu dengan yang lain?"
Setelah mengetahui pengertian tentang anggota
sistem tata surya seperti bintang, matahari, planet, asteroid, komet, dan
meteor, kita juga dapat membedakan anggota sistem tata surya yang satu dengan
yang lainnya, seperti :
Fungsi dari masing-masing anggota sistem
tata surya.
·
Elemen massa/unsur zat dalam pembentukan anggota
tata surya itu sendiri.
·
Suhu permukaannya di setiap anggota sistem tata
surya.
·
Jarak dan ukuran di setiap anggota sistem tata
surya.
·
Dan lain-lain.
IV.
Planet
Bumi Sebagai Bagian dan Sistem Tata Surya
1.
Bentuk
dan Ukuran Bumi
Pada
zaman dahulu, manusia beranggapan bahwa bentuk bumi adalah datar dan
luasnya tak terhinggga. Namun pada abad ke-6 SM, seorang pemikir Yunani
bernama Pythagoras beranggapan bahwa bentuk bumi menyerupai bola.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles meyakini bahwa bentuk bumi itu bulat. Keyakinanya itu timbul setelah menagmati bayangan yang menutupi permukaan bulan pada waktu terjadi gerhana bulan.
Bentuk bumi yang bulat menyebabkan benda-benda yang bergerak menjauhi seorang pengamat di permukaan bumi akan tampak seolah-olah tenggelam di balik ufuk. Bumi apabila dilihat dari angkasa luar akan tampak berwarna kebiru-biruan, sehingga disebut sebagai planet biru. Warna kebiru-biruan tersebut disebabkan oleh keadaan di bumi sendiri yaitu karena 70 % permukaan bumi berupa laut dan samudra. Selain itu, susunan dan ketebalanangkasanya juga menentukan ciri khas penampakannya.
Pada saat ini telah diketahui bahwa garis tengah bumi adalah 12.714 km dari kutub ke kutub dan 12. 757 km di sepanjang garis khatulistiwa.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles meyakini bahwa bentuk bumi itu bulat. Keyakinanya itu timbul setelah menagmati bayangan yang menutupi permukaan bulan pada waktu terjadi gerhana bulan.
Bentuk bumi yang bulat menyebabkan benda-benda yang bergerak menjauhi seorang pengamat di permukaan bumi akan tampak seolah-olah tenggelam di balik ufuk. Bumi apabila dilihat dari angkasa luar akan tampak berwarna kebiru-biruan, sehingga disebut sebagai planet biru. Warna kebiru-biruan tersebut disebabkan oleh keadaan di bumi sendiri yaitu karena 70 % permukaan bumi berupa laut dan samudra. Selain itu, susunan dan ketebalanangkasanya juga menentukan ciri khas penampakannya.
Pada saat ini telah diketahui bahwa garis tengah bumi adalah 12.714 km dari kutub ke kutub dan 12. 757 km di sepanjang garis khatulistiwa.
2.
Gerak
Rotasi Bumi
Gerak
bumi yang berputar mengitari porosnya sendiri disebut gerak rotasi bumi. waktu
yang diperlukan bumi untuk berotasi satu kali mengitari porosnya adalah 1 hari
atau 24 jam (tepatnya 23 jam, 56 menit 4,09 detik). Arah rotasi bumi adalah
“arah timur” yaitu dari barat ke timur. Gerak rotasi bumi yang arahnya ke timur
mengakibatkan pada siang hari matahari seolah-olah bergerak dari timur ke
barat, demikian juga dengan bulan dan bintang di malam hari. Gerak benda-benda
langit disebut gerak harian langit atau sering disebut gerak semu harian.
Bintang dalam gerak hariannya akan kembali pada tempat yang sama di bola langit
setelah menempuh waktu yang sama dengan
periode rotasi bumi.
Akibat rotasi bumi terhadap porosnya yaitu pergantian siang dan malam hari, gerak semu harian benda langit, pengembungan di khatulistiwa dan pemepatan di kedua kutub bumi, dan perbedaan waktu untuk tempat-tempat yang berbeda derajat bujurnya.
Akibat rotasi bumi terhadap porosnya yaitu pergantian siang dan malam hari, gerak semu harian benda langit, pengembungan di khatulistiwa dan pemepatan di kedua kutub bumi, dan perbedaan waktu untuk tempat-tempat yang berbeda derajat bujurnya.
3.
Revolusi
Bumi
Satu
kali bumi beredar mengelilingi matahari (berevolusi) diperlukan waktu 365,25
hari atau 1 tahun. Kecepatan rata-rata bumi dalam berevolusi adalah 30 km/s,
sedangkan kecepatan berotasi adalah 464m/s.
Revolusi bumi menyebabkan beberapa peristiwa yaitu pergantian musim di bumi sepanjang tahun; perbedaan lamanya waktu siang dan malam; terlihatnya rasi bintang yang berbeda setiap bulan, hal ini karena setiap bulan posisi bumi berbeda dengan bulan sebelumnya sehingga langit di atas kepala kita pun berbeda akibatnya bintang-bintang yang tampak jadi berbeda. Kumpulan bintang dengan pola-pola tertentu disebut rasi bintang; dan adanya gerak semu tahunan matahari.
Empat musim di bumi terjadi di daerah-daerah pada belahan bumi utara dan belahan bumi selatan, sedangkan di daerah khatulistiwa tidak ada pergantian musim.
Revolusi bumi menyebabkan beberapa peristiwa yaitu pergantian musim di bumi sepanjang tahun; perbedaan lamanya waktu siang dan malam; terlihatnya rasi bintang yang berbeda setiap bulan, hal ini karena setiap bulan posisi bumi berbeda dengan bulan sebelumnya sehingga langit di atas kepala kita pun berbeda akibatnya bintang-bintang yang tampak jadi berbeda. Kumpulan bintang dengan pola-pola tertentu disebut rasi bintang; dan adanya gerak semu tahunan matahari.
Empat musim di bumi terjadi di daerah-daerah pada belahan bumi utara dan belahan bumi selatan, sedangkan di daerah khatulistiwa tidak ada pergantian musim.
V.
Lapisan
– Lapisan Bumi dan Fungsinya
Bumi
merupakan planet urutan ke-tiga dari sembilan planet yang mengelilingi matahari
dan merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh mahluk hidup. Bumi
terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Jarak bumi dengan matahari
sekitar 150 juta km, dengan radius ± 6.370 km. Bumi memiliki 2 macam lapisan,
yaitu lapisan internal (dalam) dan lapisan eksternal (luar).
1. Lapisan dalam merupakan lapisan pembentuk
bumi.
2. Lapisan luar merupakan lapisan yang
melindungi bumi dari meteor atau benda-benda luar angkasa lainnya.
A. LAPISAN DALAM BUMI
Secara struktur lapisan dalam bumi, dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1.
Kerak bumi (crush)
Merupakan
kulit bumi bagian luar (permukaan bumi). Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70
km dan merupakan lapisan batuan yang terdiri dari batu-batuan basa dan masam.
Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup. Suhu di bagian
bawah kerak bumi mencapai 1.100 oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya
hingga kedalaman 100 km dinamakan litosfer.
2.
Selimut atau selubung (mantle)
Merupakan
lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi. Tebal selimut bumi mencapai
2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah selimut bumi
mencapai 3.000 oC.
3.
Inti bumi (core)
Terdiri dari
material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan
lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 – 5200 km. Lapisan ini dibedakan
menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam.
a. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000
km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC.
b. Lapisan inti dalam merupakan pusat bumi
berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari
nikel dan besi yang suhunya mencapai 4.500 oC.
B.
LAPISAN LUAR BUMI
1.
Atmosfer
Atmosfer
adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan
planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di bumi, atmosfer terdapat dari
ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas
permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut
fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu
dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula
dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari
saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya
bintang. Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%), dengan sedikit
argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357%), uap air, dan
gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi
sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu ekstrem di
antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan
planet.
2.
Troposfer
Lapisan ini
berada pada level yang terrendah, campuran gasnya paling ideal untuk menopang
kehidupan di bumi. Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi
yang dipancarkan oleh benda-benda langit lain. Dibandingkan dengan lapisan
atmosfer yang lain, lapisan ini adalah yang paling tipis (kurang lebih 15
kilometer dari permukaan tanah). Ketinggian yang paling rendah adalah bagian
yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas
dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian
bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady), dari sekitar 17℃ sampai
-52℃. Pada
permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi
dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.
Lapisan ini
dianggap sebagai bagian atmosfer yang paling penting, karena berhubungan
langsung dengan permukaan bumi yang merupakan habitat dari
berbagai jenis mahluk hidup termasuk manusia, serta sebagain besar iklim
berlangsung pada lapisan troposfer. Susunan kimia udara troposfer terdiri dari
78,03% nitrogen, 20,99 oksigen, 0,93% argon, 0,03% asam arang, 0,0015% nenon,
0,00015% helium, 0,0001% kripton, 0,00005% hidrogen, serta 0,000005% xenon.
Di dalam
troposfer terdapat tiga jenis awan yaitu:
1. Awan rendah (cumulus), yang tingginya
antara 0 – 2 km
2. Awan pertengahan (alto cumulus
lenticularis), tingginya antara 2 – 6 km
3. Awan tinggi (cirrus) yang tingginya antara
6 – 12 km.
Troposfer
terbagi lagi ke dalam empat lapisan, yaitu :
a. Lapisan Udara Dasar
Tebal lapisan
udara ini adalah 1 – 2 meter di atas permukaan bumi. Keadaan di dalam lapisan
udara ini tergantung dari keadaan fisik muka bumi, dari jenis tanaman,
ketinggian dari permukaan laut dan lainnya. Keadaan udara dalam lapisan inilah
yang disebut sebagai iklim mikro, yang memperngaruhi kehidupan tanaman dan juga
jasad hidup di dalam tanah.
b. Lapisan Udara Bawah
Lapisan udara
ini dinamakan juga lapisan-batasan planiter (planetaire grenslag, planetary
boundary layer). Tebal lapisan ini 1 – 2 km. Di sini berlangsung berbagai
perubahan suhu udara dan juga menentukan iklim.
c. Lapisan Udara Adveksi (Gerakan Mendatar)
Lapisan ini
disebut juga lapisan udara konveksi atau lapisan awan, yang tebalnya 2 – 8 km.
Di dalam lapisan udara ini gerakan mendatar lebih besar daripada gerakan tegak.
Hawa panas dan dingin yang beradu di sini mengakibatkan kondisi suhu yang
berubah-ubah.
d. Lapisan Udara Tropopouse
Merupakan
lapisan transisi antara lapisan troposfer dan stratosfer terletak antara 8 – 12
km di atas permukaan laut (dpl). Pada lapisan ini terdapat derajat panas yang
paling rendah, yakni antara – 46 o C sampai – 80o C pada musim panas dan antara
– 57 o C sampai – 83 o C pada musim dingin. Suhu yang sangat rendah pada
tropopouse inilah yang menyebabkan uap air tidak dapat menembus ke lapisan
atmosfer yang lebih tinggi, karena uap air segera mengalami kondensasi sebelum
mancapai tropopouse dan kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk cair
(hujan) dan padat (salju, hujan es).
3.
Stratosfer
Perubahan
secara bertahap dari troposfer ke stratosfer dimulai dari ketinggian sekitar 11
km. Suhu di lapisan stratosfer yang paling bawah relatif stabil dan sangat
dingin yaitu – 70oF atau sekitar – 57oC. Pada lapisan ini angin yang sangat
kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu.Disini juga tempat terbangnya
pesawat. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan paling
bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan
ini. Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin
bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon
yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada
lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan
stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya.
Lapisan
stratosfer dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Lapisan udara isoterm; terletak antara 12
– 35 km dpl, dengan suhu udara – 50o C sampai -55o C.
b. Lapisan udara panas; terletak antara 35 –
50 km dpl, dengan suhu – 50o C sampai + 50o C.
c. Lapisan udara campuran teratas; terletak
antara 50 – 80 km dpl, dengan suhu antara +50o C sampai -70o C. karena pengaruh
sinar ultraviolet, pada ketinggian 30 km oksigen diubah menjadi ozon, hingga
kadarnya akan meningkat dari 5 menjadi 9 x 10-2 cc di dalam 1 m3.
4.
Mesosfer
Kurang lebih
25 mil atau 40km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi menuju lapisan
mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah,
sampai menjadi sekitar – 143oC di dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu
kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan
terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Daerah transisi
antara lapisan mesosfer dan termosfer disebut mesopouse dengan suhu terendah –
110o C.
5.
Termosfer
Transisi dari
mesosfer ke termosfer dimulai pada ketinggian sekitar 81 km. Dinamai termosfer
karena terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi pada lapisan ini yaitu
sekitar 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra ungu.
Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan
listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang
radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk membantu
memancarkan gelombang radio jarak jauh. Molekul oksigen akan terpecah menjadi
oksegen atomik di sini. Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-gas atmosfer
lainnya akan menghasilkan panas, yang akan menyebabkan meningkatnya suhu pada
lapisan ini. Suhu pada lapisan ini akan meningkat dengan meningkaknya
ketinggian.
Ionosfer dibagi menjadi tiga lapisan
lagi, yaitu:
a.
Lapisan Udara E
Terletak
antara 80 – 150 km dengan rata-rata 100 km dpl. Lapisan ini tempat terjadinya
proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara KENNELY dan
HEAVISIDE dan mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suu udara di sini
berkisar – 70o C sampai +50o C .
b.
Lapisan udara F
Terletak
antara 150 – 400 km. Lapisan ini dinamakan juga lapisan udara APPLETON.
c.
Lapisan udara atom
Pada lapisan
ini, benda-benda berada dalam lbentuk atom. Letaknya lapisan ini antara 400 –
800 km. Lapisan ini menerima panas langsung dari matahari, dan diduga suhunya
mencapai 1200o C
Fenomena aurora yang dikenal juga dengan
cahaya utara atau cahaya selatan terjadi di lapisan ini.
6.
Eksosfer
Merupakan
lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada lapisan ini, kandungan gas-gas
atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer (yang pada dasarnya juga adalah
batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak jelas. Daerah yang masih termasuk
ekosfer adalah daerah yang masih dapat dipengaruhi daya gravitasi bumi. Garis
imajiner yang membatasi ekosfer dengan angkasa luar disebut magnetopause.
Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik.
Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal.
VI.
Teori Tentang
Terjadinya Bumi
Pembentukan
bumi terdiri dari teori-teori berikut
1. Teori Kabut Atau Yang
Sering Disebut (Nebula)
Dari
jaman sebelum masehi, para ahli sudah memikirkan bagaimana proses terjadinya
bumi. Dan salah satunya adalah teori kabut atau yang disebut nebula yang
diperkenalkan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 serta Piere de
Laplace pada tahun 1796. Dimana mereka berdua terkenal dengan teori kabut
kant laplace.
Dalam
teori tersebut mengatakan bahwa di dalam jagat raya terdapat gas yang berkumpul
menjadi kabut atau nebula. Dimana gaya tarik menarik antara gas yang kemudian
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar serta berputar semakin cepat. Dimana
proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut dibagian khatulistiwa
terlempar dan terpisah serta memadat yang disebabkan karena pendinginan.
Pada
bagian yang terlempar ini menjadi planet – planet di dalam tata surya. Teori
nebula terbagi menjadi beberapa tahap .
Matahari
beserta planet-planet yang masih berbentuk gas, dimana kabut yang masih sangat
pekat dan besar.Kabut yang masih berputar serta berpilin dengan kuat dan
pemadatan terjadi pada pusat lingkaran dan kemudian membentuk matahari.
Lalu
pada saat bersamaan materi lainnya membentuk menjadi massa yang lebih kecil dai
pada matahari dan kemudian menjadi planet, serta bergerak memutari
matahari.Kemudian materi tersebut semakin besar dan selalu melakukan gerakan
yang teratur mengitari matahari dalam satu orbit yang tetap kemudian membentuk
tingkatan keluarga matahari.
2. Teori Planetisima
Sejak
awal abad 20, Forest Ray Moulton seorang ahli astronomi asal amerika serta
rekannya Thomas C.Chamberlain ahli geologi, mengemukakan teori
planestisimal hypothesis, bahwa matahari terbentuk dari massa gas yang bermassa
sangat besar, disaat ada bintang lain yang melintas dan sangat dekat dan hampir
terjadinya tabrakan. Terlalu dekatnya lintasan mempengaruhi antara gaya
gravitasi dengan dua bintang yang mengakibatkan tertariknya gas serta materi
ringan yang ada pada bagian tepi.
Pengaruh
gaya gravitasi menyebabkan materi terlempar dan meninggalkan permukaan matahari
serta permukaan bintang. Materi yang terlempar menyusut serta membuat gumpalam
planestimal. Kemudian planestimal dingin dan memadat yang membentuk planet yang
mengitari matahari.
3. Tori Pasang Surut Gas
(Tidal)
Teori
yang dikemukakan James Jeans dan Harold Jeffrey tahun 1918,
bintang besar yang mendekati matahari dengan jarak pendek, yang pada akhirnya
membuat pasang surut pada badan matahari, pada saat matahari dalam keadaan gas.
Penyabab terjadinya pasang surut air laut adalah massa bulan serta jauhnya
jarak antara bulan ke bumi 60 kali radius orbit di bumi.
Namun
jika bintang yang massanya mendekati masa besarnya dengan matahari
mendekat, lalu akan membentuk semacam gunung gelombang pada badan
matahari, yang terjadi karna gaya tarik bintang. Gunung-gunung tadi akan
menjadi tinggi yang sangat luar biasa kemudian terbentuk semacam lidah pijar
yang sangat besar, yang menjulur oleh massa matahari dan mengarah ke arah
bintang besar. Lambat laun kolom-kolom ini akan pecah kemudian akan
menjadi benda tersendirian.
Dalam
lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini
akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap planet yang berbentuk tadi.
Planet-planet
akan mengelilingi matahari namun tetapi ketika mengelilingi planet-planet yang
besar proses pendinginannya akan lambat sedangkan pada planet-planet kecil akan
berjalan lebih cepat.
4. Teori Bintang Kembar
Teori
yang dikemukakan seorang ahli astronomi R.A Lyttleton , teori ini
menerangkan bahwa galaksi berawal dari kombinasi bintang kembar.
Dimana
satu dari bintang itu meledak membuat banyak material yang terlempar, sedangkan
bintang yang tidak meledak itu disebut matahari dan bintang yang meledak itu
menjadi planet-planet yang mengelilingi matahari.
5. Teori Big Bang
Teori
big bang menjelaskan bahwa bumi berasal dari puluhan milyar tahun yang lalu.
Dimana ada gumpalan kabut yang sangat besar berputar pada porosnya. Putaran itu
memungkinkan bagian-bagian kecil terlempar sedangkan bagian besar menjadi satu
dan menjadi pusat pembentukan cakram raksasa.
Gumpalan
raksasa itu meledak dan mebentuk galaksi dan nebula-nebula. Sekitar 4,6
miliyar tahun Pembekuan yang terjadi membuat nebula-nebula membentuk galaksi
bernama galaksi bima sakti dan kemudian terbentuk sistem tata surya. Bagian
ringan yang terlempar membentuk gumpalan-gumpalan yang memadat. Dan
gumpalan itu membentuk planet-planet.
VII.
Gejala
Efek Rumah Kaca
Sinar
matahari merupakan sumber utama energi bagi organisme hidup dan juga membantu
menjaga suhu bumi tetap hangat. Sinar matahari yang dipancarkan ke permukaan
bumi sebagian diserap dan sebagian dipantulkan kembali ke atmosfer. Sinar
matahari yang dipantulkan disebut sebagai radiasi inframerah, lalu ditangkap
oleh ‘gas rumah kaca’ yang membantu menjaga atmosfer tetaphangat.Gas-gas rumah
kaca terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida, metana, dan air-uap.
Meskipun
gas-gas tersebut hanya mempunyai komposisi sekitar 1% dari atmosfer, namun
mereka berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologi dan mempertahankan
kehidupan di planet bumi. Tanpa kehadiran gas-gas rumah kaca, suhu bumi akan
menjadi lebih rendah dari 30° C, dan tidak mungkin terdapat kehidupan di bumi.
Efek rumah kaca dapat dianggap sebagai suatu proses dimana alam mempertahankan
keseimbangan di atmosfer. Namun, aktivitas manusia dalam seratus tahun terakhir
telah menyebabkan peningkatan persentase gas rumah kaca di atmosfer, yang pada
gilirannya meningkatkan suhu rata-rata di bumi.
Di
bumi , radiasi panas yang berasal dari matahri ke bumi diumpamakan seperti
menembus dinding kaca pada rumah kaca. Radiasi panas tersebut tidak diserap
seharusnya oleh bumi. Sebagian radiasi dipantulkan oleh benda-benda yang berada
di permukaan bumi ke ruang angkasa. Radiasi panas yang dipantulkan kembali
keruang angkasa merupakan radiasi inframerah. Radiasi inframerah tersebut dapat
diserap oleh gas penyerap panas. Gas penyerap kaca yang sangat penting adalah H2O
dan CO2. H2O dan CO2 tidak bisa menyerap seluruh radiasi inframerah sehingga
sebagian dipantulkan ke bumi.keadaan inilah yang menyebabkan suhu di bumi
meningkat dan terjadilah pemanasan global.
Faktor
yang menyebabkan efek rumah kaca :
a.
Penggundulan
Hutan
Penggundulan
hutan dapat menyebabkan tidak terdapat tumbuhan yang menyerap
karbondiksida yang digunakan dalam proses fotosintesis. Penggundulan hutan
terjadi akibat kebutuhan lahan untuk perumahan, pertanian dan berbagai macam
infrastruktur.
b.
Bahan
Bakar Fosil Gas
Bahan
Bakar Fosil Gas hasil pembakaran bahan bakar fosil berkontribusi terhadap
penambahan gas rumah kaca yang pada gilirannya memicu pemanasan global.
c.
Peralatan
Listrik
Peralatan
listrik Contoh peralatan listirik penghasil gas rumah kaca salah satunya
adalah lemari es. Lemari es model lama menggunakan gas CFC atau
Chlorofluorocarbon. Gas CFC yang terlepas ke atmosfer dapat berperan sebagai
gas rumah kaca yang memicu peningkatan suhu bumi.
d.
Meningkatnya
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan
penduduk Pertumbuhan penduduk adalah salah satu penyebab utama efek rumah
kaca. Dengan meningkatnya populasi , dapat meningkatkan kebutuhan juga. Hal ini
meningkatkan produksi dan proses industri yang menyebabkan peningkatan
pelepasan gas industri yang mengkatalisis efek rumah kaca.
Udara Menjadi Panas Saat Mendung
Ketika
awan terlihat hitam (mendung), terjadi proses perubahan uap air (gas) lalu
berubah menjadi cair. Pada proses ini dilepaskan sejumlah panas ke udara. Awan
yang mendung biasanya tidak terlalu tinggi dibandingkan awan yang putih,
sehingga semakin dekat jaraknya ke permukaan bumi, efek panas yang dilepaskan
semakin terasa. Kondisi ini akan lebih panas jika sebelumnya matahari bersinar
terik, sehingga panas yang kita rasakan adalah akumulasi dari pelepasan energi
dari perubahan fase uap air menjadi air dan energi panas sisa yang dipancarkan
bumi.
Menurut
badan meteorologi dan genetika di bandung, hal ini diakibatkan dari awan
mendung yang mempersempit jumlah luas area yang tersedia untuk menyerap energi
matahari. sisa energi yang tidak diserap , akan kembali ke permukaan bumi
sehingga udara dimalam hari akan terasa panas.
Sumber:
6. http://www.seputarpengetahuan.com/2016/08/5-teori-terbentuknya-bumi-menurut-para-ahli-lengkap.html

Komentar
Posting Komentar