Ilmu Alamiah Dasar
Disusun oleh
:
Nama :
Nadia Salsabila Prayogo Putri
NPM :
15516260
Kelas : 1PA11
FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN S-1 PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
I.
Macam – Macam Teori Tentang Asal –
Usul Adanya Kehidupan di Bumi
Kita mengenal beberapa hipotesis
tentang asal mula kehidupan. Perlu diketahui bahwa hipotesis yang dikemukakan
para ahli tidak terlepas dari cara penalaran seseorang dari zaman ke zaman,
oleh karena itu ada beberapa hipotesis yang agak kurang tepat kedengarannya.
Namun sebaliknya, ada beberapa hipotesis yang benar bila ditinjau dari segi
logika. Berikut beberapa hipotesis atau teori tentang dari mana asal kehidupan
di Bumi :
1.
Hidup
dari Tuhan
Pendapat ni lebih dikenal dengan
paham , Penciptaan Khusus yang mengandung arti bahwa Tuhan Langsung turun
tangan . Ilmuwan Tidak menolak anggapan ini , tetapi semacam itu diluar taraf
dan batas ilmu pengetahuan. Pendapat ini Dikenal dengan sebutan Teori
Transedental , yang berpendapat bahwa semua ciptaan dari sisi “Religi “ adalah
Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan itu luar jangkauan sains.
2.
Teori
Cozmozoa
Teori ini mengatakan bahwa Mahluk
Hidup Berasal Dari Luar Angkasa , Diperkirakan suatu benda berat telah
menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu meruapakan suatu partikel –
partikel kecil. Teori ini berdasarkan dua asumsi :
a. Benda hidup itu ada / telah ada di suatu tempat dalam alam
semesta ini
b. Hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antarbenda
angkasa di bumi
3. Teori Fluger
Teori menyatakan bahwa Bumi itu
berasal dari suatu materi yang sangat panas sekali , yang mengandung Karbon dan
Nitrogen sehingga terbentuk Cyanogen . Senyawa itu dapat terjadi pada suhu yang
sangat tinggi , dan selanjutnya terbentuk zat protein protoplasma yang menjadi
mahluk hidup.
4. Teori
Moore
Teori ini menyatakan bahwa Hidup
dapat muncul dari kondisi yang cocok atau pas dari bahan Organik pada
saat bumi mengalami pendinginan dalam kondisi tersebut muncullah hidup itu
.
5. Teori
Allen
Bahwa saat keadaan berdifusi ( bumi
itu keadaannya seperti sekarang ), beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang
datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang lembabdan menimbulkan
pengaturan atom , Interaksi antara Nitrogen , Karbon , Hidrogen , Oksigen dan
Sulfur , yang nantinya akan membentuk zat – zat yang difus yang akhirnya membentuk
potoplasma benda hidup.
6. Generatio
Spontanea
Sebelum abad 17 orang menganggap
bahwa makhluk hidup itu terbentuk secara spontan atau terbentuk dengan
sendirinya.
Contoh : Ulat timbul dengan
sendirinya dari bangkai tikus, cacing timbul dengan sendirinya dari dalam
lumpur, dari gudang padi, ternyata munculah tikus.Faham ini disebut juga
abiogenesis makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk hidup, misalnya dari
lumpur timbul cacing. faham ini antara lain dipelopori oleh Aristoteles.
7. Omne
Vivum Ex Ovo
Fransisco Redi (1626-1697) ahli
biologi bangsa Italia dapat membuktikan bahwa ulat pada bangkai tikus berasal
dari telur lalat yang meletakan telurnya dengan sengaja di situ. Dari berbagai
percobaannya yang serupa ia memperoleh kesimpulan yang serupa yaitu bahwa asal
mula kehidupan itu adalah telur atau omne vivum ex ovo.
8. Omne
Ovo Ex Vivo
Lazzaro Spallanzani (1729 - 1799)
juga ahli bangsa Italia dengan percobaannya terhadap kaldu, membuktikan bahwa
jasad renik atau mikroorganisme yang mencemari kaldu dapat membusukkan kaldu
itu. Bila kaldu ditutup rapat setelah mendidih maka tidak terjadi pembusukan.
Ia mengambil kesimpulan bahwa untuk adanya telur harus ada jasad hidup terlebih
dahulu. Maka muncullah teorinya omne ovo ex vivo atau telur itu berasal dari
makhluk hidup.
9. Omne
Vivum Ex Vivo
Louis Pasteur (1822-1895) sarjana
kimia Perancis melanjutkan percobaan Spallanzani dengan percobaan berbagai
mikroorganisme. akhirnya ia berkesimpulan bahwa harus ada kehidupan sebelumnya,
agar tumbuh kehidupan yang baru atau disebut omne vivum ex vivo. Teori ini
disebut juga teori Biogenesis dengan konsep dasar bahwa yang hidup
itu tentu berasal dari yang hidup juga. Dengan teori biogenesis ini maka teori
abiogenesis ditinggalkan orang. Akan tetapi dengan demikian asal mula kehidupan
mulai kembali menjadi masalah yang belum terungkap, namun hampir semua para
ahli sependapat bahwa asal mula kehidupan itu timbul di bumi kita ini, bukan
dari angkasa luar.
10. Teori Urey
Harold Urey (1893) seorang ahli kimia
dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa atmosfer bumi pada awal mulanya kaya
akan gas-gas metana (CH4), amoniak (NH3), hidrogen (H2) dan air (H2O). Zat-zat
itu merupakan unsur-unsur penting yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup.
Diduga karena adanya energi dari aliran listrik halilintar dan radiasi sianr
kosmos unsur-unsur itu mengadakan reaksi-reaksi kimia membentuk zat-zat hidup.
Zat hidup yang mula-mula terbentuk kira-kira sama dengan keadaan virus yang
kita kenal sekarang. Zat itu berjuta-juta tahun berkembang menjadi berbagai
jenis organisme.
11. Teori Oparis
Haldane
Alenxande I. Oparin , ahli biologi
Rusia mempublikasikan tentang asal mula kehidupan , Rangkuman pendapat itu
adalah jasad hidup terbentuk dari senyawa kimiawi dalam laut pada
saat atmosfer bumi belum mengandung oksigen bebas . Senyawa terebut ( asam
Amino sederhana , Purin , basa pirimidin serta senyawa senyawa golongan gula ,
kemudian terbentuk pula senyawa polipedia asam- asam polinuleat dan
polisakarida yang semuanya terbntuk berkat bantuan sinaqr ultraviolet , kilatan
listrik , panas dan radiasi
Jasad Hidup Pertama disebut protobion
, yang hidup dalam laut kira-kira 5-10 meter dibwah permukaan laut . Ditempat
itulah mereka terhindar dari sinar ultraviolet intensitas tinggi dan sinar
matahari yang mematikan . Ketika jasad hidup berkembang menjadi lebih
sempurna dan mampu memproduksi oksigen maka lama kelamaan terdapat lapisan
pelindung berupa Ozon di atmosfer bumi kemudian , kehidupan merayap di pantai
dan akhirnya memenuhi daratan Teori ini kembali ke teori Generatio Spontane
tapi melalui proses evolusi ratusan juta tahun lamanya.
II.
Perbedaan Teori Biogenesis dengan
Abiogenesis
Abiogenesis
Abiogenesis adalah kepercayaan kuno
tentang asal usul kehidupan. Hal ini juga dikenal sebagai teori generasi
spontan kehidupan. Teori abiogenesis menyatakan bahwa asal-usul makhluk hidup
adalah karena zat tak hidup, atau itu adalah insiden spontan. Namun, sampai
sekarang para ilmuwan telah mampu mencapai teori ini dengan eksperimen.
Biogenesis
Biogenesis adalah teori yang diterima
saat ini mengenai asal usul kehidupan baru. Teori biogenesis menyatakan bahwa
asal usul kehidupan adalah karena sel-sel hidup yang sudah ada sebelumnya atau
organisme. Louis Pasteur, Francesco Reddy, dan Lazzaro Spallanzani eksperimen
yang membuktikan teori ini.
III.
Penjelasan Mengenai Penyebaran
Makhluk Hidup
Persebaran organisme di bumi
dipengaruhi oleh beberapa Faktor sebagai berikut:
1) Lingkungan
Dua faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap
persebaran makhluk hidup adalah faktor fisik (abiotik) adalah iklim (suhu,
kelembaban udara, angin), air, tanah, dan ketinggian permukaan bumi, dan yang
termasuk faktor non fisik (biotik) adalah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
a) Faktor Abiotik
Ø Iklim
Faktor iklim termasuk di dalamnya keadaan suhu, kelembaban
udara dan angin sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan setiap makhluk di
dunia. Faktor suhu udara berpengaruh terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan
fisik tumbuhan. Sinar matahari sangat diperlukan bagi tumbuhan hijau untuk
proses fotosintesa. Kelembaban udara berpengaruh pula terhadap pertumbuhan
fisik tumbuhan. Sedangkan angin berguna untuk proses penyerbukan. iklim yang
berbeda-beda pada suatu wilayah menyebabkan jenis tumbuhan maupun hewannya juga
berbeda. Contohnya : Tanaman di daerah tropis, banyak jenisnya, subur dan
selalu hijau sepanjang tahun karena bermodalkan curah hujan yang tinggi dan
cukup sinar matahari. berbeda dengan tanaman yang berada di daerah tundra.
Ø Keadaan tanah
Perbedaaan jenis tanah, seperti pasir, aluvial, dan kapur
serta jumlah zat mineral yang terkandung dalam humus mempengaruhi jenis tanaman
yang tumbuh. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap
air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di
dalam tanah. Di daerah tropis akan hidup berbagai jenis tumbuhan, sedangkan di
daerah gurun atau bersalju hanya akan hidup tumbuhan tertentu. Tumbuhan kaktus
salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim dan keadaan
tanah di gurun pasir. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan
keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Contohnya: di Nusa
Tenggara jenis hutannya adalah Sabana karena tanahnya yang kurang subur.
Ø Air
Air mempunyai peranan yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan
karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari
dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat
tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan. Keadaan tekstur tanah
berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Jenis flora di suatu wilayah
sangat berpengaruh pada banyaknya curah hujan di wilayah tersebut. Flora di
daerah yang kurang curah hujannya keanekaragaman tumbuhannya kurang
dibandingkan dengan flora di daerah yang banyak curah hujannya. Contohnya: di
daerah gurun, hanya sedikit tumbuhan yang dapat hidup, contohnya adalah pohon
Kaktus dan tanaman semak berdaun keras. Di daerah tropis banyak hutan lebat,
pohonnya tinggi-tingi dan daunnya selalu hijau.
Ø Tinggi Rendah Permukaan Bumi
Permukaan bumi terdiri dari berbagai macam relief, seperti
pegunungan, dataran rendah, perbukitan dan daerah pantai. Perbedaan
tinggi-rendah permukaan bumi mengakibatkan variasi suhu udara. Variasi suhu
udara mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan. Hutan yang terdapat di daerah
pegunungan banyak dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Faktor ketinggian
permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut . Semakin
tinggi suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga
sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas.
Oleh sebab itu ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan
persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya lembab, basah di daerah tropis,
tanamannya lebih subur dari pada daerah yang suhunya panas dan kering.
b) Faktor Biotik (Makhluk
Hidup)
Makhluk hidup seperti manusia, hewan
dan tumbuhan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam persebaran tumbuhan.
Terutama manusia dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya dapat melakukan
persebaran tumbuhan dengan cepat dan mudah. Hutan kota merupakan jenis hutan
yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor biotik, terutama manusia. Manusia
juga mampu mempengaruhi kehidupan fauna di suatu tempat dengan melakukan
perlindungan atau perburuan binatang. Hal ini menunjukan bahwa faktor manusia
berpengaruh terhadap kehidupan flora dan fauna di dunia ini. Contohnya: daerah
hutan diubah menjadi daerah pertanian, perkebunan atau perumahan dengan
melakukan penebangan, reboisasi,atau pemupukan.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.
Selain itu faktor hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya. hewan juga memiliki peranan terhadap penyebaran tumbuhan flora. contohnya: serangga dalam proses penyerbukan, kelelawar, burung, tupai membantu dalam penyebaran biji tumbuhan. Peranan faktor tumbuh-tumbuhan adalah untuk menyuburkan tanah. Tanah yang subur memungkinkan terjadi perkembangan kehidupan tumbuh-tumbuhan dan juga mempengaruhi kehidupan faunanya.
2) Sejarah geologi
Kira-kira 200 juta tahun yang
lalu, yaitu pada periode jurasik awal, benua-benua utama bersatu dalam
superbenua (supercontinent) yang disebutPangaea. Hipotesis ini disampaikan
seorang ilmuwan Jerman. Alfred Weneger pada tahun 1915. hipotesis ini
disampaikan lewat bukunya yang berjudul Asal-usul Benua-benua dan Lautan.
Pada awal tahun 1960-an, bukti-bukti
mengenai pergerakan/pergeseran benua (continental drift) berhasil ditemukan.
Benua-benua yang tergabung dalam Pangea mulai memisah secara bertahap.
Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130 juta tahun lalu,
sehingga Afrika dan Amerika Selatan bersatu secara langsung.
3) Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga
penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land
barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus).
Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan
membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah
terjadinya subspesies burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi
geografis. Di kepulauan tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung
finch yang diduga berasal dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan.
Perbedaan burung finch tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda.
Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada
hubungannya dengan jenis makanan.
Kita mengetahui bahwa makhluk hidup
itu berkembangbiak, misalnya bagi makhluk yang hidup di daratan, air merupakan
hambatan (water barrier) sedangkan sebaliknya bagi makhluk air, daratan
merupakan hambatan (land barrier). Daratan yang sempit juga dapat menjadi
hambatan, misalnya Costarica di Amerika Tengah merupakan hambatan berupa filter
atau saringan Persebaran makhluk daratan Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Selat Panama merupakan filter makhluk hidup di Samudra Atlantik dan Pasifik.
Sebaliknya, kepulauan dapat menjadi jembatan penyebrangan antara Eurasia
dan Australia.
Penyebaran hewan dari protozoa sampai
mamalia sebagian terjadi secara dinamis. Penyebaran secara dinamis artinya
hewan melakukan penyebaran oleh dirinya sendiri. Faktor luar yang mempengaruhi
penyebaran hewan maupun tumbuhan dan biasanya menghambat dinamakan “barier” atau “sawar”. Sawar
ini dapat dibedakan menjadi sawar fisik, sawar iklim, dan sawar biologis.
Sawar fisik air menjadi penghambat
penyebaran hewan darat dan sebaliknya sawar fisik darat menjadi penghambat
penyebaran hewan air. Misalnya katak tidak apat hidup pada air asin. Jadi
salinitas merupakan penghambat bagi penyebaran hewan katak. Adapun luas benua
menjadi hambatan bagi penyebaran hewan air.
Sawar iklim seperti temperatur
rata-rata, musim, kelembapan, kuat lemahnya penyinaran serta lamanya peyinaran
sinar matahari. Sedangkan sawar biologis adalah tidak adanya makanan, adanya
predator, competitor, pesaing atau adanya penyakit. Penyebaran suatu jenis
serangga dibatasi penyebarannya oleh jenis tanaman sebagai makanan, tempat
berlindung, dan tempat untuk reproduksi. Pada kenyataannya, ketiga jenis sawar
tersebut bekerja secara terpadu untuk mempengaruhi atau menghambat penyebaran
suatu biota. Hal lain yang dapat menghambat penyebaran biota adalah rendahnya
toleransi terhadap kondisi faktor lingkungan yang maksimum atau minimum. Hukum
toleransi minimum Liebig yang menyatakan bahwa ketahanan makhluk hidup
disebabkan oleh adanya faktor esensil tetapi berada dalam kondisi yang minimum
dan individu tersebut memiliki daya toleransi yang rendah untuk dapat
beradaptasi. Bintang laut hidup pada berbagai kadar garam tetapi bintang laut
hanya dapat berkembangbiak pada air yang kadar garamnya sangat rendah.
Tiga faktor inilah yang menentukan
adanya variabilitas biogeografi, namun tentunya ada faktor lain yang menentukan
variabilitas yaitu variasi genetic hasil perkawinan dan mutasi genetic.
IV.
Pembagian Wilayah Berdasarkan Iklim
1. Daerah Tropik
Beriklim panas, matahari bersinar
sepanjang tahun, perubahan suhu antara Januari hingga Desember sangatlah
sedikit, curah hujan sangat tinggi. Terdapat ribuan spesies tumbuhan yang dapat
membenntuk suatu hutan tropik dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Ø Pohon-pohonnya besar dan tinggi,
dapat mencapai 20-40 m
Ø Cabang pohon panjang dan banyak,
membentuk naungan pohon yang luas
Di dalam naungan pohon hidup tumbuhan
yang menempel (epifit) yang melakukan adaptasi dengan lingkungan kering karena
hidup dari air dan curah hujan yang dikandung cabang atau dahan tempat menempel
Tanah dibawah naungan hampir tidak
pernah mendapatkan sinar matahari. Hal ini menyebabkan tanaman merambat,
menjalar ke atas. Misalnya rotan
Di lapisan terbawah, hidup lumut dan rumput sebagai makanan
hewan kecil.
Didalam hutan tropis yang lebat, terdapat
beraneka ragam binatang, mulai dari bakteri pembusuk dalam tanah, burung,
kera, sampai harimau dan binatang besar lainnya. Tumbuhan di daerah ini
memiliki ciri, yaitu berukuran kecil, tumbuh ketika hujan turun, berbunga dan
berbiji dalam ukuran kecil dan tahan lama, tumbuh pada musim penghujan tahun
berikutnya.
Di pedalaman daerah tropik lain
terdapat beberapa gurun pasir yang kondisinya jauh berbeda dengan lingkungan
hutan tropik. Ciri lingkungan abiotiknya : suhu udara pada siang hari
sangat tinggi, sekitar 50oC sedangkan pada malam hari dapat mencapai 0oC.
Kelembapan udara sangat rendah, penguapan air sangat tinggi, yang berakibat
pada tanahnya yang tandus. Dengan kondisi bioma seperti ini maka hanya sedikit
jumlah spesies tanaman yang mampu tumbuh.
2. Daerah Sub-Tropik
Disebut iklim sedang. Terdapat 4
musim : musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Curah hujannya sepanjang tahun, sekitar 75-100cm/tahun. Karena curah
hujan yang sedikit, menyebabkan tumbuhnya bermacam-macam rumput. Tanahnya
banyak mengandung humus, karena daun dan rumput cepat mati dan membusuk ketika
musim gugur.
Ciri Biomanya : Hutannya merupakan hutan luruh, Gugurnya
daun merupakan persiapan datangnya musim dingin dan bersemi kembali setelah
musim dingin selesai. Pada musim dingin terdapat salju, jumlah tumbuhan jauh
lebih sedikit, dan jarak antar pohon tidak rapat dan tidak ada perdu di
bawahnya.
3. Daerah Kutub
Di daerah ini jika pada musim panas,
matahari bersinar lebih dari 12 jam sehari. Tapi pada musim dingin, matahari
kurang dari 12 jam sehari. Bioma yang khas di daerah beriklim dingin adalah
hutan taiga yang pohonnya terdisi dari satu spesies (homogen). Pohon
khasnya adalah konifer, dan hewan yang hidup disekitar hutan taiga seperti
moose, beruang hitam, dan marten.
Di belahan utara, terdapat tundra.
Daerah ini mendapat sedikit energi radiasi matahari. perbedaan siang dan malam
pada musim panas dan dingin sangatlah besar. Rumput tumbuh menutupi tanah,
tumbuhan berbiji tumbuh kerdil. Binatang khas daerah ini adalah rendeer,
beruang putih, musk axen.
Sumber :

Komentar
Posting Komentar